Foto: Kondisi Banjir Bandang di Lihat dari Ketinggian |
TAPANULI SELATAN, gianTnusantaranews.com - Banjir bandang melanda Desa Kota Tua, Kecamatan Tano Tombangan Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan, pada Rabu (18/12/24) sekitar pukul 16.00 WIB.
Akibat bencana ini, sebanyak 30 rumah warga terdampak dan 385 Kepala Keluarga (KK) terpaksa menghadapi dampak kerusakan. Dari jumlah tersebut, sekitar 200 KK atau sekitar 700 jiwa terpaksa mengungsi sementara waktu.
Sekretaris Desa Kota Tua melaporkan bahwa tidak ada korban jiwa maupun luka berat dalam peristiwa ini. Namun, 10 orang mengalami luka ringan dan telah mendapatkan penanganan medis.
Foto: Tampak Kondisi Warga yang sedang Mengungsi |
Plt. Kepala Pelaksana BPBD Tapanuli Selatan, Puput Mashuri, menyampaikan bahwa para pengungsi sementara ditempatkan di tiga lokasi aman, yakni di Somaninggir dekat Posyandu, Gereja GPA Kotatua, dan Istana Hasadaon Kotatua.
“Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan tempat pengungsian dapat memenuhi kebutuhan dasar para warga yang terdampak. Fokus utama kami adalah keselamatan dan kenyamanan pengungsi,” jelas Puput Mashuri.
Bupati Tapanuli Selatan, Dolly Pasaribu, melalui BPBD menyatakan bahwa pemerintah daerah telah mengerahkan segala sumber daya untuk menangani situasi darurat ini. Bantuan berupa tenda, air bersih menggunakan tangki air, serta fasilitas dapur umum menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi.
“Pemerintah terus berupaya menangani situasi ini dengan cepat, termasuk menyalurkan bantuan dan memastikan keselamatan warga,” ujar Puput Mashuri.
Hingga berita ini diturunkan, tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan masih melakukan pendataan di lapangan untuk memastikan jumlah pasti warga terdampak dan mengidentifikasi kerusakan yang terjadi. Warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan hujan susulan yang berpotensi memperburuk situasi.
Banjir bandang ini diduga terjadi akibat hujan deras yang mengguyur kawasan hulu sungai di sekitar Desa Kota Tua. Air yang meluap membawa material lumpur dan kayu yang menggenangi permukiman warga.
Salah seorang warga, Ahmad (45), mengungkapkan bahwa banjir datang dengan cepat, sehingga banyak warga tidak sempat menyelamatkan barang-barang mereka. "Air tiba-tiba masuk rumah dengan deras, kami hanya bisa lari menyelamatkan diri," ujarnya.
Bencana ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah untuk memastikan tidak hanya penanganan darurat, tetapi juga langkah pencegahan di masa depan. Upaya rekonstruksi dan mitigasi bencana menjadi prioritas pasca-penanganan darurat selesai dilakukan.
(gpt/gianTnusantaranews.com)